Fenomena Berkata Maaf..
Dalam sebuah acara diskusi di salah satu stasiun TV nasional.
temanya “Tawuran kok jadi budaya?” di dalamnya membahas tentang tawuran
siswa-siswa dari dua SMA di Jakarta yang sampai menyebabkan beberapa siswa
tewas. Acara tersebut ada banyak bintang tamu dan mempertemukan orangtua
tersangka dan korban tawuran tersebut. Pemandu acara mewawancarai salah satu
orangtua yang anaknya diketahui terlibat dalam tawuran dan membunuh salah satu
lawannya yang juga sama-sama siswa SMA. Dari hasil wawancara itu diketahui
bahwa orangtua tersangka tidak mengetahui bahwa anaknya sering berkelahi di
sekolah, ia hanya merasa baik-baik saja dengan anaknya sama seperti siswa-siswa
lainnya. Kemudian setelah wawancara tersebut, Pemandu acara mempersilahkan
orangtua tersangka memohon maaf langsung kepada orangtua korban, lalu orangtua
tersangka mendatangi orangtua korban, bersalaman dan mengucapkan permohonan
maafnya kemudian orangtua korban menjawab “secara Islam saya memaafkan tetapi
secara hukum diproses sebagaimana mestinya”.
Terdapat fenomena menarik dari permohonan maaf tersebut, Ada
banyak peran disana, orangtua tersangka sebagai pihak bersalah, Pemandu acara
sebagai penengah, dan orangtua korban sebagai pihak yang dirugikan, dan yang
lain sebagai komentator.
Orangtua tersangka ternyata tidak mengetahui kalau anaknya
sering berkelahi di sekolah. Tindakan apatis orangtua terhadap anak ketika
berada di sekolah paling berpengaruh terhadap kepribadian anak dan reputasi
orangtua tentunya. Pengawasan dan pembinaan moral terhadap anak sesungguhnya
sangat penting dilakukan mulai kecil sampai dewasa. Pengawasan yang dilakukan
terutama mengetahui iklim pergaulan atau lingkungan sekitar dan memikirkan
dampak pergaulan tersebut pada anak.
Wawancara dari Pemandu acara merupakan upaya untuk mencari
keterangan agar siapapun yang mengetahui kasus tersebut memperoleh informasi
yang sebenarnya serta tidak asal omong dan sebar berita bohong. Ini pelajaran
yang perlu kita ambil hikmahnya, betapa banyak orang yang kita temui atau
bahkan kita sendiri yang langsung menuduh bersalah orang lain karena belum
paham akan akar masalahnya. Allah Swt. mengajarkan kepada kita agar hendaknya
ketika orang membawa suatu kabar berita pada kita maka telitilah terlebih
dahulu. Kita diperintahkan agar berhati-hati dalam mengonsumsi informasi dari
manapun datangnya, jangan sampai kita termasuk orang-orang yang merugi karena
termakan provokasi dari pihak-pihak yang sengaja ingin menghancurkan kita.
Akibatnya keburukan yang kita dapatkan, mati sia-sia, di akhirat masuk neraka.
Nauzubillah..
Tindakan mempersilahkan orang untuk meminta maaf merupakan
tindakan yang bijak. Keberadaan penengah dari pertikaian sangat penting,
penengah adalah orang yang paling didengar kata-katanya, jika ingin mengambil penengah
pilihlah orang yang dituakan (dihormati) atau orang yang paling dekat dari
kedua pihak atau salah satu pihak. Pemandu acara dalam acara tersebut adalah
orang yang paling didengar perkataannya sehingga permasalahan pun mudah
terselesaikan.
Menyampaikan permohonan maaf secara langsung di depan
khalayak merupakan sikap positif yang perlu kita teladani. Di zaman sekarang
sulit kita temui fenomena seperti ini, kita yang bertikai lebih menuruti
egoisme dibanding kebaikan jangka panjang. Dalam sebuah riwayat, Sahabat
Rasulullah Saw. mendatangi Rasulullah Saw. untuk meminta nasehat. Rasulullah
Saw. berkata ”Jangan Marah..!!!” pertanyaan sahabat itu diulangi sampai tiga
kali dan jawabannya tetap sama. Ini berarti bahwa begitu pentingnya menjaga
diri dari kemarahan karena sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan kita.
Memaafkan merupakan tindakan paling sulit dari
kebanyakan orang yang merasakannya. Memaafkan butuh keikhlasan, memang benar
kata banyak motivator bahwa ikhlas adalah tindakan yang paling sulit dilakukan
tetapi bukan tidak mungkin kita lakukan. Ditambah lagi pernyataan banyak da’i
bahwa Allah itu Maha Pengampun bagi hamba-Nya, alangkah bodohnya kita sesama
manusia tidak saling memaafkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar