PLaNol09i

Selamat Datang

Biasakan MEMBACA setiap hari walau sedikit..!!!

Selamat membaca!!!

Minggu, 09 Desember 2012

JIKA INGIN BESAR, HIMPUNLAH KEKUATAN!!!


"Dan Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan yang mengerjakan kebajikan, bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi ini sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa. Dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka dengan agama yang telah Dia ridhoi. Dan Dia benar-benar akan mengubah (keadaan) mereka, setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka menyembah-Ku dengan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu pun. Tetapi barangsiapa (tetap) kafir setelah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik"(QS. An-Nuur: 55)

Ayat tersebut merupakan ayat motivasi yang di dalamnya Allah Swt.  telah berjanji kepada orang beriman dan mengerjakan amal sholeh bahwa diantara mereka akan bermunculan pemimpin yang akan berkuasa di muka bumi ini. Janji Allah Swt. merupakan sebuah kepastian yang tidak akan pernah diklarifikasi. Sejarah telah mencacat bahwa terdapat banyak orang beriman lagi sholeh memimpin umat dari kalangan Nabi dan Rasul maupun dari kalangan pengikutnya. Sebut saja Abu Bakar Shiddiq, Umar Bin Khattab, Usman bin Affan, Ali Bin Abu Thalib, Umar Bin Abdul Aziz, Muhammad Al Fatih, Salahuddin Al Ayyubi, Salman Al Farisi, Khalid Bin Walid, dan masih banyak lagi, mereka adalah pemimpin-pemimpin shaleh bukan dari kalangan nabi dan rasul tetapi mampu mengimani dan mengamalkan ajaran-ajarannya.
Kisah-kisah pemimpin beriman dan sholeh dalam sejarah bukanlah narasi biasa. Kekuasaan yang diraih bukan juga dengan cara biasa, mereka harus melawan berbagai kekejaman dari penguasa diktator dan otoriter pada masanya. Perlakuan yang mereka dapatkan tidaklah sesederhana yang kita bayangkan, mereka dicaci, dikejar-kejar, dipenjarakan, atau bahkan mendapat sayatan pedang dari musuh.  Dari itu kita dapat membayangkan bahwa untuk memperoleh kekuasaan tidaklah semudah membalikan telapak tangan. Ternyata ada banyak tahapan yang mereka lalui sebelum akhirnya menumbangkan rezim penguasa zhalim kemudian meraih kemenangan dan berkuasa.
“Dan Kami hendak memberikan karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi, dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi), dan akan Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi dan akan Kami perlihatkan kepada Fir’aun, Haman dan balatentaranya apa yang selalu mereka khawatirkan dari mereka itu”  (QS Al Qashash:6)
Kemenangan tidak diraih dengan kuantitas dan kualitas pendukung yang rendah. Untuk memenangkan peperangan tentunya tidak dihadapi pemimpin seorang diri, ada banyak kekuatan yang berada di belakangnya, itulah yang menjadi faktor kemenangan. Lihatlah kondisi saat Perang Badar, dengan jumlah pasukan muslim yang sedikit dibanding pasukan lawan berbanding satu banding tiga tetapi di akhir peperangan ternyata pasukan muslim memperoleh kemenangan, ini berarti yang menjadi faktor utama dari kemenangan itu bukanlah dari kuantitas tetapi kualitas pasukan yang hebat dan keimanan yang mereka miliki. Orang-orang yang paling kuat ditempatkan di bagian depan untuk memimpin pasukan dibelakangnya gunanya agar menumbuhkan optimisme pasukan di belakangnya dan juga barisan tidak akan mudah ditembus oleh lawan. Bayangkan jika orang-orang lemah ditempatkan di depan, belum menyerang sudah mundur duluan. Mungkin kita berpikir faktor kuantitas yang tinggi menentukan kemenangan, akan tetapi realita Perang Badar telah membuktikan dan mengubah paradigma.
Nah, sekarang mari realita sejarah itu kita bawa ke kampus. Namun sebelumnya kita perlu tahu kondisi kampus pada umumnya. Ada banyak kebaikan-kebaikan yang muncul dari kampus namun tidak sedikit juga kemungkaran muncul di tengah-tengah masyarakatnya. Sebagai contoh anarkisme, tindakan asusila, korupsi, dan lain-lain. Kampus oleh beberapa orang dikatakan sebagai miniatur peradaban dan merupakan cita-cita kita semua dimana masyarakat di dalamnya juga beradab. Di kampus juga terdapat banyak lembaga atau organisasi yang ikut mewarnai pola pikir masyarakatnya baik itu “kekiri-kirian” sampai “yang paling kanan”, salah satunya adalah Lembaga Dakwah Kampus yang dianggap sebagai lembaga “pertengahan”. Pertengahan yang dimaksud yaitu tidak memihak pada keduanya namun punya prinsip dan warna sendiri dalam merealisasikan kebenaran melalui referensi utama umat muslim, Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Keberadaan Lembaga Dakwah Kampus (LDK) sebagai lembaga formal atau non formal di kampus merupakan jawaban dari kegelisahan atas kekhawatiran yang terjadi di masyarakat kampus. Dengan visi dan misi yang jelas diharapkan mampu mengubah kondisi tersebut menjadi keadaan yang lebih baik. Namun di beberapa kampus keberadaan LDK belum dikatakan sebagai lembaga yang diperhitungkan di kampus karena perannya yang masih belum maksimal ditengah-tengah masyarakat kampus. 
Sistem kelembagaan yang jelas dan terarah merupakan ciri dari Lembaga Dakwah Kampus. Keberagaman kondisi kampus juga menyebabkan pola dakwah LDK harus beragam tetapi tentunya tetap berada pada jalur kebenaran dan koordinasi pusat. Ibarat tanah di sebuah lahan, ada tanaman yang cocok di tanami dan ada yang tidak cocok, dan tidak bisa dipaksakan jika tidak cocok, semuanya tergantung pada kondisi ekosistemnya. Jika kita mengkaji Siroh Nabawiyah, disitu diterangkan bahwa Rasulullah pun menerapkan pola dakwah yang beragam di beberapa tempat dan sesuai dengan objek dakwah beliau dalam kaitannya menyebarkan Islam namun tetap memiliki jalur koordinasi yang tidak berbeda (Allah SWT., Malaikat Jibril, Rasulullah, Umat). 
LDK Al Jami’ adalah salah satu lembaga formal yang tergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa di Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar sejak tahun 2006 silam. Berdasarkan sejarah itu, UKM LDK Al Jami’ terbilang muda dibanding UKM lainnya yang telah lama berdiri. Namun kiprahnya di kampus UIN Alauddin sangat nampak di kalangan mahasiswa maupun birokrasi kampus lewat agenda-agenda syi’arnya. Agenda-agenda tersebut yang membuat lembaga ini menjadi dinamis.
Berikut ini beberapa biro dan departemen yang ada dalam UKM LDK Al Jami’: Departemen Kaderisasi dan Pengembangan SDM, Departemen Syiar, Departemen Kajian Strategis antarlembaga, Biro Kesekretariatan, Biro Dana dan Usaha. Dari beberapa Depertemen dan Biro tersebut, kesemuanya membutuhkan banyak personil, ide, dan eksekutor. Kuantitas tinggi dalam sebuah lembaga memang penting untuk penyaluran amanah, semakin banyak amanah yang ditetapkan maka semakin banyak butuh personil. Namun faktanya, lembaga atau organisasi yang besar tidak memiliki banyak personil. Sebuah lembaga yang besar tidak membutuhkan pengurus yang banyak untuk bergerak tetapi membutuhkan kualitas pengurus yang hebat untuk menggerakkan massa seperti halnya putaran pusaran air dalam sebuah tempat penampung, semakin kuat putarannya semakin besar pusaran yang ditimbulkan. Begitupula di LDK Al Jami’, hanya orang-orang kuat dan hebat yang dijadikan sebagai pengurus, gunanya agar dapat memimpin dan menggerakkan massa untuk mendukung aksi-aksi dakwah. Kekuatan dan kehebatan itu lahir dari keshalehan pribadi-pribadi yang menshalehkan. Dan sudah saatnya mengulangi sejarah pemimpin-pemimpin kuat dan sholeh masa lalu sesuai janji Allah Swt.

“Oleh karena itu, sejak dulu hingga sekarang pemuda merupakan pilar kebangkitan. Dalam setiap kebangkitan, pemuda adalah rahasia kekuatannya. Dalam setiap fikrah, pemuda adalah pengibar panji-panjinya.” (Hasan al-Banna)

Maka jika ingin besar, himpunlah kekuatan..!!! (eMKaGe’eS)
 

LDK DI ERA DIGITAL


Dakwah merupakan keharusan bagi setiap muslim. Keberadaan da’i di tengah-tengah masyarakat memberikan efek penting dalam mencerahkan umat. Tidak dapat dipungkiri bahwa peran da’i di tengah-tengah umat membutuhkan media untuk memperkaya khazanah keilmuannya. Inilah zaman dimana manusia memiliki keinginan dan kebutuhan yang serba instan tidak terkecuali informasi. Informasi yang cepat dan tepat memberikan ruang bagi para da’i menggunakan media untuk melancarkan aksi-aksi dakwahnya hingga sampai pada tataran pembentukan ideologi. Jika dulu sejarah berbicara bagaimana Rasulullah Saw. dan para sahabat melancarkan aksi-aksi dakwah melalui face to face, Halaqoh/mentoring,  door to door, surat, utusan, dan buku-buku, saat ini pun cara-cara tersebut masih dipakai akan tetapi kita akan sangat ketinggalan dengan orang-orang yang memperjuangkan keburukan di luar sana. Karena sesungguhnya Rasulullah tidak pernah membatasi cara dan media apapun untuk berdakwah kepada umatnya selama tidak ada larangan dalam syariat Islam. Oleh karena itu, kita membutuhkan format dakwah yang dibutuhkan oleh zaman, sekaranglah zamannya berdakwah menggunakan sains dan teknologi sedangkan media sebagai produknya.
Peran media sangatlah penting dalam mempengaruhi pola pikir masyarakat. Sedikit saja wacana yang digulirkan oleh media maka disitulah bermunculan spekulasi atau opini masyarakat, ada yang bernada negatif dan ada juga positif semua tergantung bagaimana wacana atau berita itu disajikan. Misalnya ketika marak kejadian bom bunuh diri dan aksi-aksi teror pada Agustus 2012 lalu. Oleh salah satu stasiun televisi nasional memberitakan bahwa Rohis (Kerohanian Islam) adalah sarang teroris. Rohis merupakan lembaga dakwah sekolah yang ada di jenjang SMA/SMK/MAN ini tiba-tiba gempar dibicarakan oleh khalayak dan menjadi trend topic di sekolah, kampus, masyarakat bahkan jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter. Efek dari pemberitaan tersebut adalah anggapan miring atau negatif terhadap rohis. Bagaimana tidak, rohis yang di dalamnya terdapat para pelajar yang ingin sholeh dikatakan sebagai teroris? Sungguh sangat luar biasa pengaruh media membentuk pola pikir masyarakat hingga yang baik pun berubah menjadi buruk. Itulah  salah satu contoh bagaimana media bekerja dan mampu mengubah paradigma sosial.
Dakwah di era digital sesungguhnya membutuhkan banyak instrumen bukan hanya manusia, tetapi juga media sebagai bentuk syiar Islam. Syiar islam beragam macamnya diantaranya: film, iklan, nasyid, murothal, spanduk, poster, banner, pamplet, stiker, majalah, tabloid, buletin, komik, artikel, aplikasi komputer, game, dan lain sebagainya. Tugas kita adalah bagaimana memunculkan ke permukaan dan memboomingkan syiar-syiar Islam sehingga kemanapun mata mengalihkan pandangan, pastikan pikiran kita tertuju kepada Allah Swt. Jika sudah terjadi hal itu, akan sangat mudah penerapan peraturan yang berisi hukum-hukum Islam tanpa ada halangan atau aksi unjuk rasa menentang penerapan Undang-Undang tersebut karena semuanya telah memahami dan menerimanya dengan senang hati. Kendala kita saat ini, mengapa usulan dan penerapan Undang-Undang yang berisi Syariat Islam sulit bahkan terkesan dihalang-halangi karena masih banyak yang belum memahami syariat itu sendiri sehingga jalannya tidak mulus seperti apa yang diharapkan, disinilah pentingnya syiar Islam untuk memberikan pemahaman kepada khalayak.
Kendala yang dihadapi dalam berdakwah ialah masih kurangnya sumber daya manusia yang tanggap terhadap teknologi. Masih banyak para Da’i yang ketinggalan informasi karena tidak tahu mengoperasikan komputer apalagi browsing internet. Tugas kita adalah menjawab tantangan ini dengan belajar dan melahirkan generasi saintis dan teknolog Qur’ani yaitu generasi yang cinta dengan Al Qur’an.
Kampus sebagai tempat yang paling cocok untuk melahirkan Generasi Saintis dan Teknolog Qur’ani. Dengan berbekal pemahaman trilogi dakwah kampus (Dakwah, Agent of change, dan iron stock) mahasiswa mampu mewujudkan cita-cita itu dengan menggunakan semua media yang ada.
Keberadaan Lembaga Dakwah Kampus (LDK) sebagai wadah sangat cocok dijadikan kendaraan bagi mahasiswa atau Aktivis Dakwah Kampus (ADK) untuk melancarkan aksi-aksi dakwah. Untuk memboomingkan dakwah di kampus diperlukan media sebagai alat untuk membantu penyebaran isu, membentuk pola pikir islami dan menghadirkan Allah di semua aktivitas masyarakat kampus.

Peran Media Bagi Dakwah Kampus (DK)
-       Pusat Informasi bagi mahasiswa
-       Penyebaran isu, misalnya save Palestine, save Rohingya, atau bahaya pluralisme, kapitalisme, dan liberalisme dikalangan umat Islam.
-       Sosialisasi, LDK turut menyebarluaskan kegiatan-kegiatan positif seperti Jilbab Day, Hari Air Sedunia, Mentoring, dll.
-       Trendsetter, LDK mampu menjadi pembuat Trend yang diikuti mahasiswa seperti rame-rame ikut mentoring, Jumat bersih, atau Gerakan IPK 4,0.

Propaganda Media Dakwah Kampus
-          Konten atau isi dari pesan yang akan dibawa harus lebih kreatif, misalnya pada momen mendekati UAS. Konten yang kita bawa adalah “LEBIH BAIK JUJUR dapat A, daripada NYONTEK dapat E”. dst
-          Kemasan yang menarik akan menentukan nilai sebuah produk di mata objek dakwah kita, misalnya pada kalimat “Walau Beda Pendapat, Ukhuwah Tetap Dijaga” kemasannya ditampilkan dengan gambar yang melambangkan ukhuwah islamiyah.

Penyajian materi atau isu hendaknya dibuat lebih menarik karena hasilnya akan lebih efektif dan efisien dalam rangka perbaikan umat. LDK harus bisa memberikan sebuah informasi yang valid dan atraktif sehingga dapat membimbing masyarakat kampus ke arah yang lebih baik. Ketika opini dan gagasan pikiran objek dakwah dapat satu pemikiran dengan kita, Tugas kita selanjutnya sebagai lembaga dakwah kampus adalah membimbing menuju cahaya islam akan lebih mudah untuk dijalankan.
Keberhasilan propaganda dakwah di kampus kemudian dibawa ke medan dakwah yang sesungguhnya yaitu masyarakat dimana kita akan mengenal lebih banyak lagi masalah. Kalau di kampus dakwahnya hanya berhadapan orang-orang intelek, ketika di masyarakat kondisinya pun berbeda. Kita akan berhadapan dengan berbagai macam kondisi dan karakter manusia, sehingga butuh waktu untuk beradaptasi dengan kondisi tersebut sebelum akhirnya melancarkan aksi-aksi dakwah. Syiar islam pun ternyata membutuhkan adaptasi, sebagai contoh orang yang buta huruf harus diajari membaca terlebih dahulu sebelum akhirnya disuruh mengoperasikan komputer, tidak lantas orang buta huruf langsung diberikan laptop. Adaptasi seperti inilah yang dimaksud, ketika syiar-syiar itu harus disesuaikan dengan kondisi dan karakter masyarakat. (eMKaGe’eS)

Ikatan Ukhuwah

Pernahkah kita merasakan, berada dalam satu komunitas/organisasi tertentu merasakan hal yang sangat berbeda jika dibandingkan dengan berada pada komunitas lain? Baik itu dirasakan karena suasananya, tempatnya, atau hal lain yang menjadi penyebab hingga kita merasa nyaman dan ingin berlama-lama pada tempat dan situasi tersebut seakan tak mau pisah dan ingin menghentikan waktu agar tidak berlalu begitu cepat. Jika jawabannya ya, berarti kita adalah orang-orang yang telah mengecap atau merasakan manisnya cinta yang dibungkus dalam naungan persaudaraan.
Persaudaraan merupakan ikatan yang secara sadar ataupun tidak disadari terjalin didasari karena cinta yang ada pada setiap insan. Persaudaraan yang terjalin dalam setiap individu adalah hal yang wajar dan tidak bertentangan dengan fitrah manusia yaitu sebagai makhluk sosial. Namun tahukah kita apa yang menyebabkan persaudaraan dapat kuat mengikat diantara manusia? Berikut ini adalah penyebab-penyebabnya:
Ø Karena ikatan Aqidah
Ikatan ini merupakan hubungan antar-manusia yang didasari dengan keyakinan yang kuat dan sebagai bukti penghambaan kepada Allah sebagai pencipta alam semesta. Pernahkah kita membaca kisah persahabatan agung Rasulullah Saw. dan Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq? Kisah nyata tentang persahabatan dua anak manusia yang bahkan rela mengorbankan nyawanya demi sahabatnya, saat Rasullullah Saw. dan khalifah Abu Bakar menyelamatkan diri di dalam sebuah gua karena dikejar-kejar oleh segerombolan orang kafir yang ingin membunuh Rasulullah Saw. kemudian Khalifah Abu Bakar sengaja tidak ingin membangunkan Rasulullah yang sedang tertidur dipangkuannya padahal saat itu ada ular yang menggigit khalifah Abu Bakar, ia menangis tersedu karena tidak dapat menahan sakitnya sengatan ular tersebut hingga Rasulullah Saw. terbangun dari tidurnya karena air mata khalifah pertama itu mengenai Rasulullah Saw. Sungguh kisah persaudaraan yang agung, cinta yang timbul karena kecintaan terhadap Allah dan Rasul-Nya. Cinta karena Ikatan aqidah yang kuat tertancap dalam diri Khalifah Abu Bakar telah mengangkat dirinya pada derajat ketakwaan hingga namanya mengabadi dalam sejarah peradaban manusia sepanjang zaman dan tercatat sebagai salah satu dari sepuluh sahabat yang dijamin masuk syurga.
Ø Karena ikatan darah
Ikatan darah yang dimaksud adalah ikatan yang terjalin karena adanya hubungan keturunan/keluarga seperti kakak, adik, paman, bibi, dan sebagainya. Pembunuhan pertama yang dilakukan oleh Qabil terhadap Habil (anak Nabi Adam AS.) yang tidak lebih adalah saudara kandungnya sendiri oleh karena hasutan setan. Dalam kisah lain disebutkan bahwa tidak jarang kita temui sesama saudara kandung berselisih paham, saling memenjarakan bahkan saling membunuh karena sepetak tanah warisan dari orang tua mereka yang telah “pergi” duluan mendahului mereka. Atau seorang yang cekcok lalu memutuskan tali silaturrahim untuk selamanya dengan saudara kandungnya karena masalah sepele. Kisah-kisah tersebut membuktikan bahwa tak selamanya persaudaraan karena ikatan darah berlangsung harmonis. Ikatan ini menduduki pada posisi kedua karena keyakinannya pada manusia lebih kuat dibanding dengan keyakinannya kepada Allah Swt.
Ø Karena ikatan kepentingan duniawi
Penyebab yang ketiga inilah yang dialami oleh kebanyakan orang. Misalnya karena teman seorganisasi, teman sekelas, partner kerja, dll. Dalam kondisi seperti ini, persaudaraan akan gampang putus-nyambung karena orientasinya pada kepentingan duniawi semata. Dampak yang ditimbulkan dari ikatan ini adalah persahabatan semu, yaitu persahabatan yang tidak berlangsung lama dan biasanya akan berakhir dengan kekecewaan dan sakit hati karena apa yang diinginkan tidak dapat terpenuhi. Misalnya seorang aktivis dalam sebuah lembaga/organisasi merasa tidak dihargai karena usulan/pendapatnya dalam sebuah forum/rapat tidak disetujui/dipenuhi oleh forum tersebut, sehingga si aktivis tersebut memutuskan untuk keluar dan tidak akan pernah lagi mengikuti aktivitas lembaga tersebut. Secara otomatis si aktivis tersebut telah memutuskan tali silatarrahim dengan orang-orang yang ada di dalam lembaga tersebut. Ini berarti bahwa orientasi si aktivis hanyalah kepentingan semata. Dan secara tidak langsung, si aktivis telah merendahkan dirinya sendiri akibat kebenciannya itu.
Dari ke tiga penyebab persaudaraan di atas, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ikatan ukhuwah yang berlandaskan pada Aqidah yang benar akan mampu mengalahkan ikatan selainnya, karena seperti itulah fitrah manusia, ia akan selalu mengikuti kehendak penciptanya, Seorang makhluk akan cenderung hatinya pada Sang Khalik, cinta yang kita miliki akan selalu cenderung pada siapa yang menciptakannya.

“Kita tak bisa memaksa orang untuk mencintai kita, karena hati sepenuhnya kekuasaan Allah yang membolak-balikkan hati. Lakukanlah kebaikan untuk meraih cinta Allah, daripada sekedar untuk mencari cinta manusia, selebihnya biarlah Allah yang mengatur”

Karena Cinta, kita bersaudara.. (eMKaGe’eS)