PLaNol09i

Selamat Datang

Biasakan MEMBACA setiap hari walau sedikit..!!!

Selamat membaca!!!

Minggu, 09 Desember 2012


LDK DI ERA DIGITAL


Dakwah merupakan keharusan bagi setiap muslim. Keberadaan da’i di tengah-tengah masyarakat memberikan efek penting dalam mencerahkan umat. Tidak dapat dipungkiri bahwa peran da’i di tengah-tengah umat membutuhkan media untuk memperkaya khazanah keilmuannya. Inilah zaman dimana manusia memiliki keinginan dan kebutuhan yang serba instan tidak terkecuali informasi. Informasi yang cepat dan tepat memberikan ruang bagi para da’i menggunakan media untuk melancarkan aksi-aksi dakwahnya hingga sampai pada tataran pembentukan ideologi. Jika dulu sejarah berbicara bagaimana Rasulullah Saw. dan para sahabat melancarkan aksi-aksi dakwah melalui face to face, Halaqoh/mentoring,  door to door, surat, utusan, dan buku-buku, saat ini pun cara-cara tersebut masih dipakai akan tetapi kita akan sangat ketinggalan dengan orang-orang yang memperjuangkan keburukan di luar sana. Karena sesungguhnya Rasulullah tidak pernah membatasi cara dan media apapun untuk berdakwah kepada umatnya selama tidak ada larangan dalam syariat Islam. Oleh karena itu, kita membutuhkan format dakwah yang dibutuhkan oleh zaman, sekaranglah zamannya berdakwah menggunakan sains dan teknologi sedangkan media sebagai produknya.
Peran media sangatlah penting dalam mempengaruhi pola pikir masyarakat. Sedikit saja wacana yang digulirkan oleh media maka disitulah bermunculan spekulasi atau opini masyarakat, ada yang bernada negatif dan ada juga positif semua tergantung bagaimana wacana atau berita itu disajikan. Misalnya ketika marak kejadian bom bunuh diri dan aksi-aksi teror pada Agustus 2012 lalu. Oleh salah satu stasiun televisi nasional memberitakan bahwa Rohis (Kerohanian Islam) adalah sarang teroris. Rohis merupakan lembaga dakwah sekolah yang ada di jenjang SMA/SMK/MAN ini tiba-tiba gempar dibicarakan oleh khalayak dan menjadi trend topic di sekolah, kampus, masyarakat bahkan jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter. Efek dari pemberitaan tersebut adalah anggapan miring atau negatif terhadap rohis. Bagaimana tidak, rohis yang di dalamnya terdapat para pelajar yang ingin sholeh dikatakan sebagai teroris? Sungguh sangat luar biasa pengaruh media membentuk pola pikir masyarakat hingga yang baik pun berubah menjadi buruk. Itulah  salah satu contoh bagaimana media bekerja dan mampu mengubah paradigma sosial.
Dakwah di era digital sesungguhnya membutuhkan banyak instrumen bukan hanya manusia, tetapi juga media sebagai bentuk syiar Islam. Syiar islam beragam macamnya diantaranya: film, iklan, nasyid, murothal, spanduk, poster, banner, pamplet, stiker, majalah, tabloid, buletin, komik, artikel, aplikasi komputer, game, dan lain sebagainya. Tugas kita adalah bagaimana memunculkan ke permukaan dan memboomingkan syiar-syiar Islam sehingga kemanapun mata mengalihkan pandangan, pastikan pikiran kita tertuju kepada Allah Swt. Jika sudah terjadi hal itu, akan sangat mudah penerapan peraturan yang berisi hukum-hukum Islam tanpa ada halangan atau aksi unjuk rasa menentang penerapan Undang-Undang tersebut karena semuanya telah memahami dan menerimanya dengan senang hati. Kendala kita saat ini, mengapa usulan dan penerapan Undang-Undang yang berisi Syariat Islam sulit bahkan terkesan dihalang-halangi karena masih banyak yang belum memahami syariat itu sendiri sehingga jalannya tidak mulus seperti apa yang diharapkan, disinilah pentingnya syiar Islam untuk memberikan pemahaman kepada khalayak.
Kendala yang dihadapi dalam berdakwah ialah masih kurangnya sumber daya manusia yang tanggap terhadap teknologi. Masih banyak para Da’i yang ketinggalan informasi karena tidak tahu mengoperasikan komputer apalagi browsing internet. Tugas kita adalah menjawab tantangan ini dengan belajar dan melahirkan generasi saintis dan teknolog Qur’ani yaitu generasi yang cinta dengan Al Qur’an.
Kampus sebagai tempat yang paling cocok untuk melahirkan Generasi Saintis dan Teknolog Qur’ani. Dengan berbekal pemahaman trilogi dakwah kampus (Dakwah, Agent of change, dan iron stock) mahasiswa mampu mewujudkan cita-cita itu dengan menggunakan semua media yang ada.
Keberadaan Lembaga Dakwah Kampus (LDK) sebagai wadah sangat cocok dijadikan kendaraan bagi mahasiswa atau Aktivis Dakwah Kampus (ADK) untuk melancarkan aksi-aksi dakwah. Untuk memboomingkan dakwah di kampus diperlukan media sebagai alat untuk membantu penyebaran isu, membentuk pola pikir islami dan menghadirkan Allah di semua aktivitas masyarakat kampus.

Peran Media Bagi Dakwah Kampus (DK)
-       Pusat Informasi bagi mahasiswa
-       Penyebaran isu, misalnya save Palestine, save Rohingya, atau bahaya pluralisme, kapitalisme, dan liberalisme dikalangan umat Islam.
-       Sosialisasi, LDK turut menyebarluaskan kegiatan-kegiatan positif seperti Jilbab Day, Hari Air Sedunia, Mentoring, dll.
-       Trendsetter, LDK mampu menjadi pembuat Trend yang diikuti mahasiswa seperti rame-rame ikut mentoring, Jumat bersih, atau Gerakan IPK 4,0.

Propaganda Media Dakwah Kampus
-          Konten atau isi dari pesan yang akan dibawa harus lebih kreatif, misalnya pada momen mendekati UAS. Konten yang kita bawa adalah “LEBIH BAIK JUJUR dapat A, daripada NYONTEK dapat E”. dst
-          Kemasan yang menarik akan menentukan nilai sebuah produk di mata objek dakwah kita, misalnya pada kalimat “Walau Beda Pendapat, Ukhuwah Tetap Dijaga” kemasannya ditampilkan dengan gambar yang melambangkan ukhuwah islamiyah.

Penyajian materi atau isu hendaknya dibuat lebih menarik karena hasilnya akan lebih efektif dan efisien dalam rangka perbaikan umat. LDK harus bisa memberikan sebuah informasi yang valid dan atraktif sehingga dapat membimbing masyarakat kampus ke arah yang lebih baik. Ketika opini dan gagasan pikiran objek dakwah dapat satu pemikiran dengan kita, Tugas kita selanjutnya sebagai lembaga dakwah kampus adalah membimbing menuju cahaya islam akan lebih mudah untuk dijalankan.
Keberhasilan propaganda dakwah di kampus kemudian dibawa ke medan dakwah yang sesungguhnya yaitu masyarakat dimana kita akan mengenal lebih banyak lagi masalah. Kalau di kampus dakwahnya hanya berhadapan orang-orang intelek, ketika di masyarakat kondisinya pun berbeda. Kita akan berhadapan dengan berbagai macam kondisi dan karakter manusia, sehingga butuh waktu untuk beradaptasi dengan kondisi tersebut sebelum akhirnya melancarkan aksi-aksi dakwah. Syiar islam pun ternyata membutuhkan adaptasi, sebagai contoh orang yang buta huruf harus diajari membaca terlebih dahulu sebelum akhirnya disuruh mengoperasikan komputer, tidak lantas orang buta huruf langsung diberikan laptop. Adaptasi seperti inilah yang dimaksud, ketika syiar-syiar itu harus disesuaikan dengan kondisi dan karakter masyarakat. (eMKaGe’eS)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar